Olehkarena itu, gaya bahasa seorang pengarang beraliran humanis akan berbeda dengan pengarang yang menganut aliran romantis. Nurgiyantoro (2005:276) menyatakan gaya bahasa ditandai oleh ciri-ciri formal kebahasaan seperti pilihan kata, struktur kalimat, bentuk-bentuk bahasa figuratif, penggunaan kohesi dan lain-lain. Bisadari pilihan kata yang digunakan dan tulisan tangan yang bagus. Jika ditulis tangan, tulisan harus rapi, bersih, dan mudah dibaca. Berikut kumpulan ⭐ contoh surat lamaran kerja untuk berpengalaman, fresh graduate, hingga magang. Contoh surat lamaran kerja fresh graduate; Bagaimana membuat surat lamaran kerja tulis tangan dalam bahasa PENERAPANDIKSI (PILIHAN KATA) DALAM KALIMAT RAGAM FORMAL,PENGGUNAAN STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA, PENYUSUNAN KALIMAT BAKU Kenapa harus memilih kata dan menggunakaanya secara tepat?Alasanna akan dijelaskan satu per satuberikut ini: Kekeliruan penggunaan kata depan ke yang seharusnya digunakan keoada dapat dilihat pada contoh di Pilihankata atau Diksi adalah pemilihan kata - kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi atau Plilihan kata mencakup pengertian kata - kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata - kata yang tepat atau menggunakan ungkapan - ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Pemilihankata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih dan digunakan oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi (sastra) adalah dunia dalam kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Gayaitu mencakupi pilihan kata, struktur kalimat, penggunaan majas, tipografi karya, bahkan ilustrasi yang digunakan oleh pengarang tersebut. Bagaimana kemampuan seorang pengarang meramu aspek-aspek tersebut menjadi sebuah tulisan yang apik dapat menunjukkan ciri khas pengarang itu. Tentumasing-masing pengarang memiliki gaya bahasa yang khas . LKCB LNI^COV HVT LL]^ LNLBLO HI LNIENCVKI ]OCOBI KX]NIJNTXOI, V_TX-V_TX, J_ DBV HI OHOGL Hosusui Gcnb5 Lub`ll`h Nijj` V`putr`4==884==00 Hgsni ]nij`lpu 5 hr. Iuruc`ioijsob L.]h]TGJTL VX^HO ]NIHOHOKI DBV HI VVXT OIHGINVOAK^CXV KNJ^T^I & OCL^ ]NIHOHOKI^IOQNTVOXV XTOHOIIXO]CNLDIJ4=4= DD O]NIHB^C^I.C`t`r Dnc`k`ij ]ocob`i k`t` `t`u hokso hojui`k`i pnij`r`ij uituk lnlocob k`t` y`ij tnp`tuituk lnifopt`k`i l`ki` tnrtnitu h`c`l k`ry` s`str`. Hnij`i hokso otuc`b pnij`r`ij h`p`t lniyusui k`t` hnlo k`t` h`c`l tucos`iiy`. Hokso euj` hojui`k`iuituk lniy`lp`ok`i su`tu j`j`s`i h`ro pnij`r`ij. ^ijk`p`i k`t` y`ij hotucosb`rusc`b hop`b`lo gcnb pnld`f` hnij`i tnp`t. ^ituk otuc`b, sngr`ij pniucos b`rus dos` lnlocob hokso y`ij tnp`t uituk tucos`iiy`. Vnc`oi otu pocob`i k`t` lnrup`k`is`tu uisur y`ij s`ij`t pnitoij, d`ok h`c`l huio` k`r`ij lnij`r`ij l`upui h`c`lhuio` tutur snto`p b`ro. H`s`r pnijjui``i d`b`s` h`c`l k`ry` s`str` duk`i b`iy` snknh`r p`b`l,tnt`po y`ij cndob pnitoij `h`c`b kndnrh`y``i pocob`i k`t` y`ij h`p`t lnijusok h`ilnioijj`ck`i kns`i tnrb`h`p snisotovot`s pnld`f`. Vnto`p k`t` y`ij hopocob gcnb pnij`r`ij h`p`t ho`sgso`sok`i kn h`c`l dnrd`j`o pnijnrto`i. Los`ciy` k`t` `yu, d`jus, `pok, ncgk, lnlocoko hnigt`so `t`u `rto y`ij s`l`, tnt`po kns`i k`t`-k`t` oioho`r`bk`i p`h` snisotovot`s y`ij dnrdnh`. Vnto`p k`t` h`i k`col`t y`ij hopocob p`h`ululiy` hoc`kuk`i `t`s kns`h`r`i uituk lniolduck`i nank knoih`b` d`b`s` euj` hojui`k`i gcnb pnij`r`ij uituk lnlpnroih`b tucos`iiy`.]nij`r`ij dnrus`b` uituk lni`ld`bk`i sndu`b j`y` d`b`s` ho h`c`liy`.]nijjui``i j`y` d`b`s` `t`u d`b`s` ko`s h`c`l k`ry` s`str` hol`ksuhk`i uituk lnlpnrgcnb nank nstntos `t`u knoih`b`i snboijj` pnld`f` `k`i cndob tnrt`rok.]nijjui``i d`b`s` ko`s hoc`kuk`i snd`j`o su`tu f`r` uituk lniolduck`i nank tnrtnitu, snboijj` pninrol` pns`i cndob tnrt`rok. ]`h` h`s`riy` h`c`l k`ry` s`str`, j`y` d`b`s` lnlnj`ij pnr`i`i d`b`s` h`i pniucos`i lnrup`k`i s`c`b s`tu uisur y`ij lni`rok h`c`l sndu`b d`f``i. K`rni` otu, pnij`r`ij lnlocoko j`y` y`ij dnrdnh`-dnh` h`c`llniu`ijk`i snto`p ohn tucos`iiy`. Vnto`p tucos`i y`ij hob`sock`i i`itoiy`lnlpuiy`o j`y` y`ij hopnij`rubo gcnb pniucosiy`, snboijj` h`p`t hok`t`k`i,w`t`k sngr`ij pniucos s`ij`t lnlpnij`rubo sndu`b k`ry` y`ij hob`sock`iiy`. 0 L`s`c`b Tulus`i l`s`c`b h`c`l pnldu`t`i l`k`c`b oio y`otu50.p`k`b pnijnrto`i, sy`r`t-sy`r`t kntnp`t`i, h`i enios-enios pocob`i k`t`74.p`k`b pnijnrto`i, sy`r`t-sy`r`t, h`i enios-enios j`y` d`b`s`76.p`k`b pnijnrto`i h`i dnituk-dnituk ohogl7 ]niucos`i L`k`c`b Xueu`i h`c`l pniucos`i l`k`c`b oio y`otu, 0.^ituk lnienc`sk`i pnijnrto`i, sy`r`t-sy`r`t kntnp`t`i, sy`r`t-sy`r`t knsnsu`o`i, h`i enios-enios pocob`i k`t`.4.^ituk lnienc`sk`i pnijnrto`i, sy`r`t-sy`r`t, h`i enios-enios j`y` d`b`s`.6.^ituk lnienc`sk`i pnijnrto`i h`i dnituk-dnituk ohogl. ]niucos`i L`k`c`b h`pui l`ia``t h`ro pniucos`i l`k`c`b oio `h`c`b55 0. ^ituk lni`ld`b oclu pnijnt`bu`i tnit`ij d`j`ol`i` t`t` f`r` h`c`l pniyusui`i/pnldu`t`i sndu`b l`k`c`b y`ij d`ok h`i dni`r. 4. Vnd`j`o lghuc pnldnc`e`r`i d`jo l`b`sosw`/o `j`r dos` lnl`b`lo h`i lnienc`sk`i lnijni`o pocob`i k`t`. 4 A. Bagaimana pilihan kata yang digunakan pengarang? B. Apakah kalimat kalimat kalimat memiliki keunikan dan kekuatan untuk membangun cerita? Buku kkpk yang rahasia mama Tolong dibantu y Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 GAYA PENGARANG DALAM MENYAMPAIKAN LOKALITAS JAWA STILISTIKA CERPEN-CERPEN KARYA GUNAWAN TRI ATDMOJO Riswanda Himawan, Else Liliani, Suminto A. Sayuti Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Jl. Colombo Yogyakarta No. 1, Karang Malang, Caturtunggal, Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. ABSTRAK Gaya kata dan gaya kalimat merupakan unsur penting dalam sebuah karya sastra khususnya cerpen. Penggunaan gaya kata dan gaya kalimat dalam karya sastra membuat pembaca memahami maksud dan tujuan penggarang dalam menulis karya sastra. Selain itu penggunaan diksi dan gaya kalimat digunakan agar pembaca mampu memahami unsur-unsur berkaitan dengan ciri khas penggarang. Terlebih dalam menggunakan aspek lokalitas dalam menulis cerita pendek. Selaras dengan pernyataan tersebut penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk gaya kata dan gaya kalimat yang digunakan penggarang dalam menyampaikan lokalitas Jawa pada cerpen-cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo. Serta mendeskripsikan gaya kata dan gaya kalimat dalam menyampaikan aspek lokalitas Jawa yang dominan digunakan dalam cerpen cerpen karya Gunawan Triadtmojo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Teknik analisis data yang digunakan berupa teknik refrensial. Refrensi yang digunakan yaitu pendapat para ahli, serta penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik baca dan catat. Penelitian ini menghasilkan data tertulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kata yang dominan digunakan oleh penggarang dalam menulis cerpen adalah gaya kata kolokial. Sedangkan gaya kalimat yang dominan digunakan adalah kalimat deklaratif. KATA KUNCI Leksikal; Gramatikal; Lokalitas Jawa; Cerpen; Gunawan Tri Atdmojo The Author's Style In Delivering Java Locality Stilistics Of Short Stories By Gunawan Tri Atdmojo. ABSTRACT Word style and sentence style are important elements in a literary work, especially short stories. The use of word style and sentence style in literary works makes the reader understand the intent and purpose of the author in writing literary works. In addition, the use of diction and sentence style is used so that the reader is able to understand the elements related to the characteristics of the author. Especially in using the locality aspect in writing short stories. In line with this statement, this study aims to describe the form of word style and sentence style used by the author in conveying Javanese locality in the short stories by Gunawan Tri Atdmojo. As well as describing the style of words and sentence styles in conveying aspects of Javanese locality which are dominantly used in short stories by Gunawan Triadtmojo. The method used in this research is a descriptive qualitative method. The data analysis technique used is a referential technique. The references used are the opinions of experts, as well as research relevant to this research. Data collection techniques used reading and note-taking techniques. This research produces written data. The results showed that the dominant style of words used by the author in writing short stories was colloquial. While the dominant sentence style used is declarative sentence. KEYWORDS Lexical; Grammatical; Java Locality; Short story; Gunawan Tri Atdmojo Pustaka Himawan, R., & Liliani, E. 2022. GAYA PENGARANG DALAM MENYAMPAIKAN LOKALITAS JAWA STILISTIKA CERPEN-CERPEN KARYA GUNAWAN TRI ATDMOJO. Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 182, 251-260. doi Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 PENDAHULUAN Tiga genre utama terdapat dan dikenal dalam karya sastra, ketiga genre tersebut adalah prosa, puisi, dan drama. Walaupun pada praktiknya, kajian stilistika lebih sering dibatasi, digunakan, dan dikhususkan dengan karya sastra berupa puisi, tidak menutup kemungkinan, bahwa stilistika juga terdapat dalam karya sastra yang lain seperti cerpen. Hal tersebut, terjadi karena seluruh karya sastra memiliki keindahan tersendiri, dalam penggunaan bahasanya Lafamane, 2020. Keindahan tersebut, sangat berkaitan erat dengan seni, pendapat tersebut selaras dengan pendapat Pradopo Prastica & Wulandari, 2020 yang menyatakan bahwa kemahiran sastrawan dalam mengolah stilistika dapat menentukan kepiawaian estetikanya. Stilistika sebagai bentuk ilmu yang mempelajarai tentang bahasa di dalam karya sastra, memiliki peran yang sangat penting, untuk menyampaikan apa yang menjadi tujuan dari karya sastra, karena pada dasarnya dalam studi kesusastraan, stilistika difungsikan untuk memberi makna pada sebuah karya sastra. Stilistika bertujuan untuk menerangkan sesuatu yang ada dalam dunia sastra ke dalam dunia bahasa sehingga memeroleh fungsi keindahan Leech & Short dalam Nurgiyantoro, 2014. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa stilistika merupakan ilmu yang bertujuan untuk memberikan pengertian berkaitan dengan keindahan bahasa dalam suatu karya sastra. Stilistika merupakan sebuah proses untuk menganalisis suatu karya sastra yang menjadikan unsur bahasa, sebagai kajiannya sehingga dapat melihat bagaimana peran sastra, dalam bahasa Wulandari dkk., 2021.. Berdasarkan pendapattersebut, dapat diketahui bahwa stilistika merupakan sebuah Langkah, untuk mengkaji karya sastra yang di dalamnya memberikan fokus bahasa sebagai objek kajiannya. Stilistika berfungsi untuk mengungkapkan penggunaan kata atau bahasa dalam kalimat, kepada para penikmat karya sastra atau pembaca. Selain itu, stilistika sebagai ilmu yang mempelajarai tentang gaya bahasa sangat berperan untuk memahami makna dan unsur keindahan estetik dalam karya sastra Christine Resnitriwati, 2016. Stilistika lebih berurusan dengan ketepatan penggunaan bentuk-bentuk kebahasaan dalam wacana konteks tertentu Nurgiyantoro, 2014. Turner dalam Prastica & Wulandari, 2020 berpendapat bahwa stilistika tidak hanya melakukan studi bahasa dalam karya sastra saja namun juga merupakan studi gaya bahasa pada umumnya, walupun secara penuh memang stilistika sangat melakukan perhatian khusus pada bahasa kesusateraan. Semi 1993 menyatakan bahwa dalam analisis stilistika, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satunya unsur yang ditentukan harus mencakup unsur keseluruhan karya sastra, selain itu analisis structural dengan kajian bahasa yang lebih dalam harus dilakukan sampai pada penjelasan makna serta difokuskan pada corak individu penggarang karya sastra tersebut. Dalam mengkaji, gaya kata dan gaya kalimat yang sangat berkaitan dengan unsur lokalitas Jawa, pada cerpen-cerpen Gunawan Tri atdmojo, penelitan ini menggunakan teori stilistika menurut Burhan Nurgiyantoro. Nurgiyantoro 2014, menyatakan bahwa dalam kajian stilistika terdapat beberapa hal yang dapat dikaji, diantaranya aspek leksikal dan aspek gramatikal gaya kata dan gaya kalimat. Gaya kata atau diksi Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata yang dipilih oleh pengarang dalam karyanya untuk menciptakan efek dari suatu makna Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 tertentu, Sama hal nya dengan diksi, unsur leksikal merupakan unsur yang mengacu pada penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih oleh pengarang untuk mencapai tujuan tertentu Nurgiyantoro, 2014 172. Aspek leksikal dalam suatu cerpen dapat berupa bahasa kolokial, penggunaan bahasa lain bahasa daerah maupun bahasa asing, kata-kata yang menyimpang, dan lain-lain Lafamane, 2020. Kolokial merupakan bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, bahasa percakapan, dan bukan berupa bahasa tulis Chaer & Agustina dalam Lafamane, 2020 Gaya kalimat merupakan style atau gaya yang digunakan pengarang dalam menyusun kalimat-kalimat dalam sebuah karya sastra Prastica & Wulandari, 2020. Gaya kalimat digunakan penggarang untuk memeroleh unsur tertentu. Mengenai gramatikal Gaya Kalimat Nurgiyantoro 2014 menyatakan bahwa kajian leksikal gaya kalimat yang ada dalam karya sastra, dapat dilakukan dengan menentukan jenis kalimat, jenis kalimat tersebut dapat berupa; kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif, kalimat minor, kalimat langsung dan tidak langsung. Salah satu hal menarik, yang terdapat dalam cerpen dan dapat dikaji melalui pendekatan stilistika, adalah penggunaan diksi maupun kalimat yang digunakan penggarang dalam menyampaikan ciri khas penggarang tersebut. Ciri khas tersebut dapat berupa budaya dan aspek lokalitas yang dimiliki penggarang. Lokalitas merupakan suatu hal, yang berkaitan erat dengan aspek sosiologi penggarang, sehingga karya sastra yang dihasilkan memiliki ciri khas tertentu, dan cirikhas tersebut terlihat melalui lokalitas yang digunakan penggarang dalam karya sastra Anggarista dkk., 2021. Berkaitan dengan analisis gaya kata dan gaya kalimat dalam suatu karya sastra dalam menyampaikan beragam aspek lokalitas. Penelitian yang relvan dan lebih dahulu dilakukan oleh Nurgiyantoro, 2014 dengan penelitiannya yang berjudul Penggunaan Ungkapan Jawa Dalam Kumpulan Puisi Tirta Kamandanu Karya Linus Suryadi Pendekatan Stilistika Kultural persamaan penelitian yaitu sama-sama menganalisis mengenai gaya kata dalam sebuah karya sastra, melalui pendekatan stilistika yang berkaitan dengan lokalitas Jawa. Perbedaanya, jika dalam penelitian Nurgiyantoro mengkaji mengenai kumpulan puisi karya Linus Suryadi, penelitian ini mengkaji mengenai cerpen-cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo. Kedua, penelitian yang relvan dan lebih dahulu dilakukan oleh Prastica & Wulandari, 2020 dengan penelitiannya yang berjudul Diksi dan Gaya Kalimat Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sama-sama mengkaji mengenai gaya kata dan gaya kalimat yang ada dalam karya sastra, perbedaannya, bahwa penelitian yang dilakukan oleh Prastica & Wulandari, 2020 dengan mengkaji karya sastra berbentuk novel serta gaya kata dan kalimat secara umum yang terdapat dalam karya sastra. Penelitian ini mengkaji mengenai cerpen-cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo, berkaitan dengan gaya kata dan gaya kalimat yang digunakan penggarang dalam menyampaikan lokalitas Jawa. Ketiga, penelitian yang relevan dan lebih dahulu dilakukan oleh Wulandari dkk., 2021.. Dengan penelitiannya yang berjudul, Warna Budaya Jawa Dalam Cerpen “Macan Lapar” Karya Danarto Analisis Gaya Kalimat Dan Wacana Sebagai Pendekatan Stilistika. Penelitian yang dilakukan oleh Yosi Wulandari dan Muhammad Alfian Hermawan ini, Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 mengkaji mengenai gaya kalimat yang berhubungan dengan Budaya Jawa, dalam Cerpen Macan Lapar, Karya Danarto. Perbedaan, dengan penelitian ini, jika dalam penelitian Yosi Wulandari mengkaji mengenai penggunaan gaya kalimat dan wacana yang berhubungan dengan budaya Jawa dalam Cerpen Macan Lapar, Karya Danarto. Penelitian ini, mengkaji gaya kata dan gaya kalimat yang berhubungan dengan lokalitas Jawa, dalam cerpen-cerpen Gunawan Tri Atdmojo. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis gaya kata dan gaya kalimat yang digunakan Gunawan Tri Atdmojo dalam menyampaikan lokalitas Jawa. Lokalitas Jawa yang dimaksud adalah beberapa hal yang berkaitan dengan lokalitas Jawa, karena pada dasarnya, cerpen-cerpen Gunawan Triatdmojo sangat dekat kehadirannya dengan unsur lokalitas, khususnya lokalitas Jawa. Kebaruan yang dapat ditemukan dalam penelitian ini, yaitu kajian mengenai penggunaan gaya kata dan gaya kalimat, yang digunakan penggarang dalam menyampaikan unsur lokalitas. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan penulis, terhadap berbagai macam sumber, banyak ditemukan penelitian yang relevan, namun yang berkait dengan analisis gaya kata dan gaya penggarang yang digunakan penggarang dalam menyampaikan unsur lokalitas, masih kurang dilakukan. Maka dari itu, penelitian ini mencoba memenuhi kebutuhan penelitian sehingga memunculkan penelitian yang releevan setelah dilakukannya penelitian ini. METODE Penelitian ini, termasuk ke dalam penelitian deskriptif kualitatif. Sugiyono menjelaskan bahwa metode deskriptif kualitatif merupakan suatu metode yang digunakan dalam rangka menemukan suatu jawaban berkaitan dengan proses penelitian, terhadap subjek penelitian yang sedang dilakukan Sugiyono, 2013 Metode pengumpulan data dilakukan dengan pembacaan cerpen, setelah pembacaan cerpen, dilanjutkan dengan teknik simak, sadap, dan catat. Teknik analisis data yang dilakukan yakni dengan pembacaan cerpen, penandaan kata yang berkaitan erat dengan aspek stilistika dan berkaitan dengan penyampaian lokalitas Jawa, pencatatan data, mengklasifikasikan data, setelah itu data-data yang terkumpul disesuaikan dan dianalisis kembali, dengan pendapat ahli dan juga beberapa penelitian yang relevan berkaitan dengan gaya kata dan gaya kalimat dalam aspek stilistika. Selaras dengan pernyataan tersebut, Nurgiyantoro 2014, hlm. 172 menyatakan bahwa, Langkah kajian leksikal dan gramatikal gaya kata dan gaya kalimat yang harus dilakukan dalam kajian stilistika adalah sebagai berikut 1 menentukan tujuan kajian, tujuan kajian dalam penelitian ini adalah mengkaji mengenai gaya kata dan kalimat yang digunakan penggarang dalam cerpen, 2 mengidentifikasi unsur leksikal dan gramatikal yang terdapat dalam fiksi, menentukan aspek leksikal dan gramatikal yang akan dikaji. 3 Menyajikan data hasil kajian, berkaitan dengan hasil telaah leksikal dan gramatikal, dan 4 menjelaskan dan menafsirkan peran dan fungsi dari unsur leksikal dan gramatikal yang terdapat cerita. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Purposive sampling dilakukan dengan memilih beberapa gaya kata dan kalimat yang sangat berkaitan dengan pengungkapan lokalitas Jawa dalam cerpen-cerpen yang dikaji. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro 2014, hlm. 182 yang menyatakan bahwa Dasar pengambilan sampel dalam suatu kajian kebahasaan dan kesastraan adalah purposive sampling. Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 Pengambilan sampel dengan cara ini berarti bahwa pemilihan sampel dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Terdapat 5 cerpen Karya Gunawan Tri Atdmojo dipublikasikan pada laman yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini. Cerpen-cerpen tersebut, adalah; 1 Bukan Kawan terbit 30 Oktober 2015, 2 Yang Gugur di Kios Cukur terbitan 30 November 2018, 3 Kelab Kebatinan di Pringgolayan, terbitan 20 Oktober 2017 4 Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang terbitan 23 September 2016, 5 Presisi di Kamar Ganti terbitan 8 April 2016, Penelitian ini tidak hanya berhenti pada proses analisis data, namun, data yang dikumpulkan nantinya juga akan disimpulkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Gaya Kata Pengarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen-Cerpen Gunawan Tri Atdmojo. Gunawan lahir di Surakarta, 1 Mei 1982 dengan nama lengkap Gunawan Tri Atomdjo. Gunawan merupakan Alumnus Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS Surakarta, Program Studi Sastra Indonesia. Beliau merupakan salah satu sastrawan ternama berkebangsaan Indonesia yang dikenal dan sangat popular dikalangan masyarakat bangsa Indonesia. Karya sastra berupa cerpen yang Beliau tulis, banyak dipublikasikan pada sejumlah media massa dan jurnal kebudayaan ternama seperti Horison, Jawa Pos, Media Indonesia, Suara Merdeka, Majalah Esquire, Majalah Basis, Majalah Kartini, dan lain-lain. Pada beberapa media ternama seperti menyebut Gunawan sebagai sastrawan jenaka karena kreatifitasnya yang sukses melawakkan sastra. Di tangannya, sastra yang terkesan berat dicerna dengan kata-kata tinggi dan mendayu-dayu namun asing didengar menjadi sebuah karya sastra yang ringan, mudah dan mengancam pembacanya untuk tertawa tanpa menjadikan tulisan-tulisanya sekedar cerita humor saja, namun terdapat beberapa makna yang dapat diambil dan ditiru oleh pembaca sebagai bekal dalam berkehidupan. Di sisi lain, unsur lokalitas yang terdapat dalam setiap karya sastra khususnya cerpen sangat erat kaitannya dengan penggunaan bahasa Jawa. Hal ini terjadi, karena Gunawan Tri Atdmojo merupakan seseorang yang berasal dari suku Jawa, sehingga dalam setiap karya, Gunawan Tri Atdmojo selalu menyisipkan lokalitas Jawa baik berupa bahasa, perilaku, kebiasaan masyarakat Jawa dalam setiap karyanya. Unsur lokalitas, berkaitan dengan gaya dalam menyampaikan sangat menarik minat pembaca untuk membaca karya sastra khususnya cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo. Berikutnya, akan diuraikan pembahasan berkiatan dengan hasil kajian mengenai gaya kata dan gaya kalimat yang digunakan penggarang dalam menyampaikan lokalitas Jawa pada cerpen-cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo. Pembahasan, berkaitan dengan hal tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut. Aspek leksikal dalam suatu cerpen dapat berupa bahasa kolokial, penggunaan bahasa menyimpang, penggunaan bahasa lain dalam hal ini bisa berupa bahasa daerah maupun bahasa asing, penggunaan kata non formal, dialek, kata benda, kata kerja, kata sifat dan sebagainya. Hasil analisis berkaitan Gaya Leksikal Gaya kata yang terdapat dalam 5 cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo dapat diuraikan melalui tabel di bawah. Tabel 1. Analisis Leksikal Gaya Kata yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Bukan Kawan karya Gunawan Tri Atdmojo Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 Gaya Kata Kolokial Gaya Kata Kerja Tabel 2. Analisis Leksikal Gaya Kata yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Yang Gugur di Kios Cukur karya Gunawan Tri Atdmojo Kata Sederhana Kata Menyimpang Kata Ungkapan Kata Kerja Tabel 3. Analisis Leksikal Gaya Kata yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Kelab Kebatinan di Pringgolayan karya Gunawan Tri Atdmojo Kata Kolokial Kata Menyimpang Kata Ungkapan Kata Sederhana Tabel 4. Analisis Leksikal Gaya Kata yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang karya Gunawan Tri Atdmojo Kata Kerja Kata Tugas Kata Ungkapan Tabel 5. Analisis Leksikal Gaya Kata yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Persisi di Kamar Ganti karya Gunawan Tri Atdmojo Kata Tugas Kata Kolokial Kata Ungkapan Kata Sederhana Kata Kolokial Kata kolokial merupakan kata yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata kolokial ditemukan dalam cerpen Bukan Kawan, Kelab Kebatinan di Pringgolayan, dan Persisi di Kamar Ganti. Contoh temuan kata kolokial, akan diuraikan melalui penggalan teks pada Cerpen Bukan Kawan di bawah ini. Kemeleratan juga menjadikan Kami, kian dekat Gunawan, 2015 Kemelaratan dalam konteks masyarakat Jawa, dapat diartikan sebagai kemiskinan. Kata melarat biasa digunakan oleh masyarakat untuk menggantikan kata miskin. Kata tersebut, merupakan kata yang seringa tau dijumpai dalam konteks kehidupan masyarakat Jawa, masayarakat biasanya menggunakan kata tersebut dalam percakapan sehari-hari, kata tersebut sering digunakan dalam percakapan antara orang yang lebih tua dengan yang lebih muda, atau berusia sebaya. Kata Kerja Kata kerja merupakan kata yang memiliki makna memberikan saran pada suatu pernyataan, tindakan atau peristiwa yang lain. Berdasarkan hasil analisis, kata kerja dalam cerpen-cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo, ditemukan dalam cerpen “Bukan Kawan” berikut penjelasannya. “Didik yang melihat punting rokok itu segera mengambilnya, lalu menyulutnya dengan korek gas keramatnya” Gunawan Tri, 2015 Keramat dalam konteks kehidupan masyarakat Jawa, dapat diartikan sebagai benda yang dapat menghasilkan sesuatu dan sangat berkaitan erat dengan hal ghaib. Kata keramatnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI berarti memberikan efek magis, dan menghasilkan sesuatu di luar kemampuan manusia, maksudnya, korek api dapat menghasilkan sesuatu, yang tak mungkin dapat dihasilkan oleh manusia, sesuatu tersebut adalah api. Kata kerja tersebut, memberikan pernyataan bahwa korek gas yang dibawa oleh Didik, merupakan suatu hal yang Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 dianggap keramat. Keramat dalam artian sering dibawa dan bisa mengeluarkan sesuatu hal yang tidak bisa dikeluarkan oleh manusia, yaitu api. Kata Menyimpang Kata menyimpang dapat diartikan sebagai kata yang menyimpang dari struktur kaidah bahasa baku. Misalnya penghilangan afiks, kata bentukan baru, penghilangan makna dan sebagainya. Kata menyimpang dalam penelitian ini, ditemukan dalam cerpen Yang Gugur di Kios Cukur dan Kelab Kebatinan di Pringgolayan. Uraian mengenai hal demikian, dapat dilihat melalui penggalan teks yang ada dalam Cerpen Yang Gugur di Kios Cukur. Maka, mulas-mulas dan mencret-mencret menjadi ketetpan yang terberi. Itulah kenapa Rawon di warung itu disebut sebagai rawon Jahanam. Muasalnya tidak jauh dari sifat serakah penggunjungnya. Gunawan, 2018 Kata terberi dalam kutipan teks di atas, merupakan kata yang dianggap menyimpang, dari struktur kebakuan kata. Hal yang sama terjadi pada kata muasalnya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, V kata terberi dianggap tidak baku, dan kata muasalnya merupakan bentuk tidak baku dari kata asal. Kata tersebut seharusnya, diganti dengan kata beri yang diberi imbuhan di di depan kata, sehingga menjadi diberi. Kata muasalnya, sebaiknya diganti dengan kata asalnya, sehingga makna kata dapat terlihat baku dan jelas. Makna dari kata-kata yang digunakan penggarang dalam penggalan teks di atas, yaitu memberikan pernyataan terhadap sebuah warung makan yang menjual makanan khas Jawa Timur, yaitu Rawon. Warung tersebut, diceritakan sebagai warung yang sangat ramai penggunjung, sehingga penggunjung sampai tidak bisa membatasi prosi makannya, akhirnya banyak penggunjung yang sakit perut. Kata Ungkapan Kata ungkapan yang dimaksud adalah kata yang berasal dari luar bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, kaa ungkapan yang dominan digunakan adalah kata ungkapan dari Bahasa Jawa. Hal tersbut dapat ditemukan dalam cerpen-cerpen berjudul Yang Gugur di Kios Cukur, Kelab Kebatinan di Pringgolayan, Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang, Presisi di Kamar Ganti. Uraian mengenai hal tersebut, dapat dilihat melalui kutipan cerpen Kelab Kebatinan di Pringgolayan, sebagai berikut. Tentu Bung, sesama Asu harus saling bantu Gunawan, 2017 Kata Asu dalam kalimat tersebut, dalam konteks bahasa Jawa dimaknai sebagai kata yang kurang etis untuk digunakan. Asu dalam konteks bahasa Jawa diartikan sebagai anak Anjing. Kata Tugas Kata tugas merupakan kata yang dapat diwujudkan melalui; dan, atau, lalu, kemudian, pada, tentang yang sering dikelompokkan kedalam konjungsi dan preposisi. Kata tugas dalam penelitian ini, ditemukan dalam cerpen yang berjudul Perkara Ngloco Bikin Umur Panjang dan Persisi di Kamar Ganti. Uraian mengenai hal demikian, dapat dilihat melalui penggalan teks yang terdapat dalam cerpen Perkara Ngloco Bikin Umur Panjang, sebagai berikut. Karena tak ada yang lebih setia daripada diriku sendiri, maka aku ngeloco Gunawan 2016 Kata tugas tersebut memberikan makna bahwa, tidak ada yang setia daipada dirinya. Maka dia memilih untuk ngeloco. Ngeloco dalam konteks bahasa Jawa dapat diartikan sebagai kegiatan mastrubasi, yang dilakukan oleh Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 seseorang laki-laki untuk memenuhi hasratnya. Berikutnya, berkaitan dengan aspek gramatikal Gaya Kalimat Nurgiyantoro 2014 menyatakan bahwa kajian leksikal gaya kalimat yang ada dalam karya sastra, dapat dilakukan dengan menentukan jenis kalimat, jenis kalimat tersebut dapat berupa; kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif, kalimat minor, kalimat langsung dan tidak langsung. Hasil analisis berkaitan Gaya Gramatikal Gaya kalimat yang terdapat dalam 5 cerpen karya Gunawan Tri Atdmojo dapat diuraikan melalui tabel di bawah. Tabel 6. Analisis Gramatikal Gaya Kalimat yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Bukan Kawan karya Gunawan Tri Atdmojo Kalimat Deklarataif Kalimat Imperatif Tabel 7. Analisis Gramatikal Gaya Kalimat yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Yang Gugur di Kios Cukur karya Gunawan Tri Atdmojo Kalimat Interogatif Kalimat Minor Tabel 8. Analisis Gramatikal Gaya Kalimat yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Kelab Kebatinan di Pringgolayan karya Gunawan Tri Atdmojo Kalimat Interogatif Kalimat Langsung Kalimat Imperatif Tabel 9. Analisis Gramatikal Gaya Kalimat yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang karya Gunawan Tri Atdmojo Kalimat Imperatif Kalimat Deklaratif Kalimat Langsung Tabel 10. Analisis Gramatikal Gaya Kalimat yang Digunakan Penggarang dalam Menyampaikan Lokalitas Jawa Pada Cerpen Persisi di Kamar Ganti karya Gunawan Tri Atdmojo Kalimat Minor Kalimat Deklaratif Kalimat deklaratif Kalimat deklaratif merupakan kalimat yang menyatakan sesuatu. Dalam penelitian ini, kalimat deklaratif dapat ditemukan pada cerpen-cerpen yang berjudul Bukan Kawan, Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang, dan Persisi di Kamar Ganti. Penjelasan mengenai hal demikian, dapat dilihat melalui kutipan cerpen yang ada dalam cerpen Persisi di Kamar Ganti. Kesetiaan telah luruh, terbentur keras tembok Joglo itu Gunawan, 2016 Kalimat deklaratif tersebut, menyatakan bahwa kesetiaan yang dimiliki oleh tokoh dalam cerita telah luruh, karena sudah terbentur keras oleh tembok yang ada di Joglo itu. Kalimat di atas memberikan makna bahwa Joglo sebagai rumah adat Jawa, memiliki tembok atau gebyok yang sangat kuat, sehingga mampu meluruhkan kesetiaan Shakeshpare. Kalimat Imperatif’ Kalimat Imperarif merupakan kalimat yang mengandung makna perintah atau larangan. Kalimat tersebut, dalam penelitian ini ditemukan pada cerpen-cerpen dengan judul Bukan Kawan, Kelab Kebatinan di Pringgolayan, dan Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang. Penjelasan mengenai hal tersebut, dapat dilihat melalui kutipan teks dalam Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 Cerpen Kelab Kebatinan di Pringgolayan berikut ini. Baca Ayat Kursi, buat tolak bala Bung. Dengan kenyataan itu, sudah sepantasnya orang Jawa punya peribahasa sendiri ya Bung Gunawan, 2017 Kalimat tersebut memberikan makna perintah untuk membaca Ayat Kursi dalam rangka menolak bala. Hal ini merupakan kebiasaan masayarakat Jawa, dalam menghadapi hal mistis, yaitu dengan membaca Ayat Kursi. Kalimat Interogatif Kalimat interogatif merupakan kalimat yang mengandung makna pertanyaan. Dalam penelitian ini, ditemukan kalimat interogatif pada cerpen dengan judul Yang Gugur di Kios Cukur dan Kelab Kebatinan di Pringgolayan. Hasil analisis, akan diuraikan melalui kutipan cerpen Yang Gugur di Kios Cukur berikut ini. Manjur kan, Minyak Kemirinya Lumayan, lah, Gunawan 2018 Kalimat tersebut memberikan makna, bahwa Agung seorang tokoh dalam cerita, bertanya kepada pelanggan yang dicukur, mengenai kemanjuran minyak kemiri. Minyak kemiri merupakan minyak, yang sering digunakan oleh masyarakat Jawa dalam mempercepat pertumbuhan rambut, seuasi dicukur. Kalimat Minor Kalimat minor merupakan kalimat yang kehilangan fungtornya, misalnya fungtor sebagai kalimat tanya, berita, perintah atau seru. Penjelasan mengenai kalimat tersebut, dapat diuraiakan melalui kutipan cerita berikut Yang Gugur di Kios Cukur sebagai berikut. Tidak apa-apa, anggap saja ini pelarisan dari pelanggan pertama. Buka Rezeki. Berkah ya, Kek Gunawan, 2017 Kalimat tersebut, sebetulnya memiliki makna untuk mensyukuri pemberian orang lain, hal ini sangat terlihat dari aspek kehidupan masyarakat Jawa. Namun, karena tidak terdapat tanda seru, maka kalimat tersebut seakan tidak memiliki makna, karena dianggap kurang. Kalimat Langsung Kalimat langsung merupakan kalimat yang diawali dengan tanda petik “…” kalimat tersebut, dapat ditemukan dalam cerita dengan judul Kelab Kebatinan di Pringgolayan dan Perkara Ngeloco Bikin Umur Panjang. Uraian mengenai hal tersebut, dapat disampaikan melalui kutipan cerita dalam cerpen Kelab Kebatinan di Pringgolayan sebagai berikut. “Gamblis trewelu, Bung!” Gunawan, 2017 Kalimat tersebut memberikan makna misuh secara langsung, misuh dalam konteks bahasa Jawa, adalah berkata kasar. Kata kasar tersebut, dilakukan untuk meluapkan emosi. Secara istilah, kalimat tersebut memiliki arti rambut di sekitar dubur hewan trewelu. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan bahwa Gaya kata dan Kalimat yang digunakan oleh penggarang, sangat berkaitan dengan lokalitas Jawa si Penggarang, sebagai berikut 1. Hal yang paling menonjol, terlihat pada pilihan kata kolokial, atau yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. 2. Berkaitan dengan gaya kalimat, penggarang sering menggunakan kalimat deklaratif. Hal tersebut, terlihat dari beberapa kalimat dalam menyampaikan mengenai suatu hal. 3. Secara umum, penelitian ini diharapkan mampu memberikan refrensi berkaitan dengan analisis gaya kata dan kalimat yang digunakan penggarang dalam menyampaikan lokalitas Jawa, di tinjau melalui aspek stilistika. Fon Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Diterbitkan Oleh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Kuningan Volume 18 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 251-260 p-ISSN 2086-0609 e-ISSN 2614-7718 4. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, jalannya proses penelitian. Mulai dari penentuan topik dan pemenuhan kebutuhan refrensi. DAFTAR PUSTAKA Anggarista, R., Sastra, P. J., Pariwisata, B.,Anggarista, R., Bahasa, P., & Keguruan, F. 2021. Lokalitas Jawa Dalam Novel Hati Sinden Karya Dwi Rahyuningsih kepulauan dengan unsur kebudayaan yang sebagai unsur kebudayaan , menjadi zaman , terutama dengan masuknya arus setiap elemen masyarakat . Hal itu. 21, 1–14. Clara Karya Seno Gumira Ajidarma Dalam Kajian Stilistika. Humanika, 191, 35. pada 8/01/2022 pukul WIB Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring Edisi V. 2016. diakses pada 20/12/2021 pukul WIB Lafamane, F. 2020. Kajian Stilistika Komponen Kajian Stilistika. OSP Preprints, 43. Mahsun. 2019. Metode Penelitian Bahasa Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Depok Raja Grafindo Persada. Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Stilistika. Yogyakarta Gajah Mada University Press. Nurgiyantoro, B. 2014. Penggunaan Ungkapan Jawa Dalam Kumpulan Puisi Tirta Kamandanu Karya Linus Suryadi Pendekatan Stilistika Kultural. Litera, 132, 201–214. Nurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. Prastica, D., & Wulandari, Y. 2020. Diksi Dan Gaya Kalimat Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye. Pena Literasi, 22, 64. Retno Dwi. 2010. Kajian Stilistika Novel Sirah Karya Suharyana Skripsi. Surakarta Universitas Sebelas Maret. Christine Resnitriwati, . 2016. Semi, A. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung Angkasa. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung Alfabeta. Turner, G. W. 1977. Stylistic. New York Penguin Books Wulandari, Y., & Hermawan, M. A. 2021. Color Of Java Culture In The" Macan Lapar" By Danarto. Gramatika Jurnal Ilmiah Kebahasaan Dan Kesastraan, 91, 14-27. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this NurgiyantoroThis study aims to describe the intensity of the use of Javanese words and idioms inwayang poems. It employed the textual approach. The data sources were wayang poemsunder the subsection of “Lingga dan Yoni” in Tirta Kamandanu 1997, a poetry anthologyby Linus Suryadi. There were 26 poems all of which were studied. The steps includedlinguistic evidence collection, data display, and explanation of esthetic functions. Thestudy concludes that the use of Javanese words and idioms in wayang poems is intensiveenough. They are relevant to the meanings in the poems narrating wayang and supportand strengthen the meanings and existence of the Javanese culture. They also support thefunctions of poetry style beauty, especially the beauty of rhymes and particular atmospherecreation, are accurate in the condensed forms, and serve as fillers for emptiness or justsynonyms. Without knowledge and understanding of the Javanese culture, one will notunderstand the poems as well, thoroughly, and intensively as one who understands theJavanese cultural Stilistika Komponen Kajian StilistikaF LafamaneLafamane, F. 2020. Kajian Stilistika Komponen Kajian Stilistika. OSP Preprints, Penelitian Bahasa TahapanMahsunMahsun. 2019. Metode Penelitian Bahasa Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Depok Raja Grafindo NurgiyantoroNurgiyantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gadjah Mada University Stilistika Novel Sirah Karya Suharyana SkripsiRetno DwiRetno Dwi. 2010. Kajian Stilistika Novel Sirah Karya Suharyana Skripsi. Surakarta Universitas Sebelas Maret. Christine Resnitriwati,. 2016.A SemiSemi, A. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&DSugiyonoSugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung Alfabeta. Salinan kalimat, paragraf, atau pendapat dari seorang pengarang atau ucapan orang terkenal karena keahliannya, baik yang terdapat dalam buku, jurnal, media cetak maupun elektronik. Definisi di atas merupakan definisi... Jawabanparagraf 1 Penjelasangagasan pokok maupun elektronik media cetak seorang pengarang baik yang terdapat dalam buku,jurnal,media cetaksemoga membantu Artikel ini berisi pembahasan pengertian gaya penulisan mulai dari gaya penulisan cerpen, novel, teks ekspoisisi dan teks biografi. Ada berbagai buku, artikel, cerita, novel, dan karya sastra lainnya yang sudah dibaca oleh banyak orang. Dari berbagai karya sastra tersebut, ada hal yang membedakannya, yaitu gaya penulisan. Gaya penulisan merupakan hal yang bisa membedakan antara satu karya sastra dengan karya sastra lainnya. Bahkan, gaya penulisan juga bisa menjadi ciri khas dari seorang penulis, sehingga hanya dengan membaca karya seorang penulis dapat diketahui dengan mudah, hanya dari melihat gaya penulisannya. Kali ini, akan dibahas mengenai definisi gaya penulisan, hingga berbagai macam gaya penulisan dalam karya sastra, mulai dari gaya penulisan cerpen hingga gaya penulisan teks biografi. Daftar Isi Artikel 1Pengertian Gaya PenulisanCiri Gaya Penulisan yang Baik1. Menyampaikan dan Mengekspresikan Pesan2. Pembaca Tetap Fokus3. Menunjukkan Kepribadian Penulis4. Menunjukkan Pengetahuan PenulisMacam-Macam Gaya Penulisan1. Gaya Penulisan Cerpen2. Gaya Penulisan Novel3. Gaya Penulisan Teks Eksposisi4. Gaya Penulisan Teks Biografi Pengertian Gaya Penulisan Secara umum, gaya penulisan merupakan cara untuk mengungkapkan pikiran penulis berdasarkan karakteristik bahasa masing-masing sesuai dengan kategori tulisannya. Gaya penulisan juga mengandung berbagai unsur di dalamnya, seperti tata bahasa, ejaan, tanda baca, struktur kalimat, hingga struktur paragraf. Gaya penulisan juga dapat diartikan sebagai pilihan kata-kata, struktur kalimat, dan struktur paragraph, yang fungsinya adalah untuk menyampaikan sebuah makna yang dimaksud, secara efektif. Bagi penulis, gaya penulisan bisa disebut sebagai suatu hal yang personal atau pribadi, karena gaya penulisan juga menjadi identitas penulis itu sendiri. Hal ini disebabkan karena gaya penulisan merupakan hal unik yang dimiliki oleh penulis. Meskipun gaya penulisan merupakan hal yang personal bagi penulis, gaya penulisan yang dimiliki oleh penulis bisa didapatkan dari berbagai sumber. Misalnya penulis yang menemukan sendiri gaya penulisannya, maupun gaya penulisan yang didapatkan dari belajar dengan mentor, atau dari membaca berbagai buku. Baca juga Ciri-Ciri Penulis yang Baik Ciri Gaya Penulisan yang Baik Ada empat hal yang dapat menunjukkan sebuah gaya penulisan disebut sebagai gaya penulisan yang baik, yaitu; Apa kendalamu saat menulis buku? 1. Menyampaikan dan Mengekspresikan Pesan Gaya penulisan yang baik diharapkan bisa menyampaikan dan mengekspresikan berbagai pesan yang dimaksud oleh penulis. Pesan yang ingin disampaikan ini sebaiknya dapat disampaikan secara sederhana, meyakinkan, dan jelas. 2. Pembaca Tetap Fokus Membaca bukan kegiatan sederhana, sehingga membutuhkan fokus dan konsentrasi yang tinggi, agar pembaca memahami apa yang dituliskan oleh penulis dalam karya sastranya. Gaya penulisan sastra yang baik sebaiknya dapat membuat pembaca tetap fokus membaca dan tertarik untuk menyelesaikan membaca karya sastra. 3. Menunjukkan Kepribadian Penulis Gaya penulisan dapat menunjukkan ciri khas dari seorang penulis. Maka dari itu, gaya penulisan yang baik adalah gaya penulisan yang bisa menunjukkan kepribadian penulis. Bahkan beberapa gaya penulisan yang dimiliki oleh penulis tertentu menjadi ciri khas yang melekat pada penulis itu dan pada karya-karya yang dihasilkan berikutnya. Panduan Expert Menulis Novel Sampai Terbit penulis sudah unduh dan baca e-book Panduan Menulis Novel ini! Baca juga Cara Pandang Penulis 4. Menunjukkan Pengetahuan Penulis Sama seperti membaca, menulis juga merupakan hal yang tidak mudah dilakukan oleh penulis. Seorang penulis harus memiliki pengetahuan yang luas untuk dapat menghasilkan sebuah karya. Pengetahuan ini dapat berupa pengetahuan di bidang yang dikuasainya, maupun pengetahuan secara umum. Berbagai pengetahuan yang dimiliki penulis dan dituangkan dalam tulisannya bisa menjadi pengetahuan baru bagi para pembacanya. Inilah sebabnya, gaya penulisan yang baik bisa menunjukkan pengetahuan, keterampilan, hingga kemampuan penulis dalam menulis dan menghasilkan sebuah karya yang dikenal oleh masyarakat luas. Macam-Macam Gaya Penulisan Karya sastra ada beragam jenisnya. Beragam jenis karya sastra ini menjadikan gaya penulisan juga ada berbagai macam, sesuai dengan karya sastra yang ditulis. Berikut ini adalah empat gaya penulisan khas dari berbagai macam karya sastra. 1. Gaya Penulisan Cerpen Cerpen atau cerita pendek adalah salah satu karya sastra yang digemari banyak orang. Sesuai namanya, cerpen adalah karya sastra pendek yang berkisah mengenai sebuah kisah fiksi mengenai konflik yang dialami oleh tokoh di dalamnya dan dikemas menjadi sebuah cerita yang pendek, singkat, dan padat. Karakteristik cerpen yang pendek, singkat, dan padat ini menjadikan gaya penulisannya berbeda dengan karya sastra panjang lainnya. Gaya penulisan cerpen haruslah komunikatif dengan bahasa yang mudah dipahami, agar pembaca dapat dengan cepat memahami isi cerpen. Selain bahasa yang komunikatif, gaya penulisan cerpen juga dilihat dari diksi atau pemilihan kata yang digunakan. Cerpen sebaiknya menggunakan diksi berupa istilah-istilah yang umum dan tidak menimbulkan kesalahpahaman pada pembaca. Terakhir, gaya penulisan cerpen harus menggunakan struktur kalimat dan ejaan yang sudah diatur dalam aturan kebahasaan. 2. Gaya Penulisan Novel Selain cerpen, karya sastra lainnya adalah novel, yang merupakan karya sastra panjang. Untuk membaca novel tentu juga berbeda dengan membaca cerpen, karena novel merupakan karya sastra panjang, maka gaya bahasa menentukan apakah novel nyaman untuk dibaca dalam jangka waktu lama atau tidak. Ciri khas gaya penulisan novel yang pertama adalah harus mudah dan nyaman dibaca, salah satunya dengan menggunakan tanda baca yang tepat, misalnya seperti penggunaan tanda titik dan koma di tempat yang tepat. Hal ini penting karena tanda titik dan koma yang penempatannya tidak tepat bisa mengubah makna kalimat. Kedua adalah tulislah kalimat dalam bentuk yang pendek. Kalimat yang terlalu panjang dalam penulisan novel akan membuat kalimat sulit dipahami atau kalimat jadi sulit dibaca. Baca juga 12 Macam genre novel 3. Gaya Penulisan Teks Eksposisi Teks eksposisi adalah sebuah teks nonfiksi yang berisi dan menjelaskan informasi yang berdasarkan fakta. Ciri khas dari teks eksposisi adalah penulisan yang disampaikan secara jelas, singkat, dan padat. Sebuah teks eksposisi terbentuk dari tiga struktur yang berbeda, yaitu pendapat atau tesis, argumentasi, dan bagian terakhir adalah penegasan kembali pendapat yang sudah dituliskan oleh penulis. Gaya penulisan teks eksposisi haruslah yang sifatnya informatif, karena tujuan dari teks eksposisi adalah memberikan informasi secara singkat, padat, namun tetap jelas. Maka dari itu, gaya penulisan teks eksposisi yang informatif ini harus bisa menjawab unsur 5W dan 1H yang ada pada sebuah teks. Tidak lupa, tulisan yang ada pada teks eksposisi juga harus berdasarkan fakta yang ada. 4. Gaya Penulisan Teks Biografi Biasanya, para tokoh terkenal dan berpengaruh memiliki buku biografi yang disusun atau diterbitkan agar pembaca lebih mengenal tokoh tersebut dan sebagai salah satu cara mengenang tokoh tersebut. Ciri khas penulisan teks biografi berbeda-beda, tergantung pada karakteristik tokoh pada teks biografi tersebut. Meski ciri khasnya berbeda-beda, namun teks biografi tetap memiliki gaya penulisan yang khas. Gaya penulisan teks biografi adalah deskriptif naratif, atau merupakan gabungan dari deskriptif naratif dan dialog. Sedangkan gaya bahasa yang digunakan bisa merupakan bahasa yang lugas, maupun semi-formal. Penggunaan gaya bahasa ini tergantung dengan karakteristik tokoh yang dituliskan dalam biografi. Penulis Tyas Wening.

bagaimana pilihan kata yang digunakan pengarang